Saturday, September 6, 2014

Graphicriver, apa itu???

Kali ini saya ingin berbagi sedikit informasi mengenai Graphicriver.

Graphicriver, apa itu???
Graphicriver adalah sebuah marketplace dimana kita bisa menjual desain-desain kita, seperti logo, flyer, vector, icon dan masih banyak lagi.
Graphicriver bisa dibilang marketplace yg sangat populer. Graphicriver adalah salah satu market milik envato selain themeforest, codecanyon, audiojungle dll.
untuk teman-teman sekalian yg berminat menjual karyanya di Graphicriver, langsung saja kesini dan lakukan pendaftaran.

oke...sekian tulisan saya kali ini. semoga bermanfaat....

Thursday, September 4, 2014

Tampilan Baru Blog

Setelah blog ini dibuat dan hanya berisi 2 artikel yang berasal dari hasil copas alias copy paste :-D (tapi saya sertakan sumbernya loh), tidak pernah saya buka lagi. bukan karena apa-apa, tapi karena saya memang kurang begitu senang nulis :-D. mumpung sekarang lagi kumat pengen ngeblog dan lihat tampilan lama kok bosen, akhirnya sekalian ganti template deh...template ini simple dan pastinya keren. bukan buatan saya gitu loh...:Vtemplate ini saya download dari www.templateism.com secara free (bahasa kerennya GRATIS) dan saya edit-edit sedikit, saya hilangkan beberapa border dan tentu saja merubah menu-nya.
inilah tampilan blog saya sekarang....tengterengtengteng...


keren kan, keren kan :V :V

Saturday, February 16, 2013

Menghidupkan Tokoh Fiksi

Pemberian Judul “Menghidupkan Tokoh Fiksi” pada bab ini bukan tanpa alasan. Mencipta seorang tokoh fiksi tidak seperti membuat sebuah boneka beruang untuk mainan anak-anak. Lebih dari itu, kita harus memberikan nyawa kepada boneka itu agar bisa bergerak dan hidup di lingkungannya. Tentunya kita pasti sadar bahwa -- meskipun karya fiksi adalah hasil dari sebuah imajinasi, namun para pembaca tetap menginginkan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya bisa hidup sehidup-hidupnya. Merekan ingin mengenal tokoh-tokoh dalam cerita yang Anda buat seperti mengenal orang tua mereka, sahabat mereka, rekan kerja mereka, tetangga mereka, pimpinan mereka, dsb. Terlebih, mereka juga sangat berharap bahwa mereka dapat mengenal tokoh-tokoh yang anda buat secara lebih dalam daripada mereka mengenal orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, mencipta tokoh fiksi lebih dari sekedar menyusun deskripsi dan merangkai mozaik imajinasi. Mencipta tokoh fiksi, berarti juga mencipta suatu kehidupan.

Sebelum seorang pencipta cerita fiksi ingin menghidupkan tokoh, tentunya ia harus mengenal dulu tokoh-tokoh yang ingin dihidupkannya. Cara-cara pengenalan terhadap tokoh bisa dilakukan melalui pengamatan dan penggalian jati diri tokoh tersebut. Beberapa hal yang bisa kita gali dan amati adalah:

1.Perbuatan tokoh

Dalam sebuah pelajaran mengarang, seorang gadis bernama Sandra merasa kebingungan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya untuk membuat karangan tentang ibu. sampai jam pelajaran segera habis pun Sandra tak mampu menuliskan sepatah kata pun di atas kertas tugasnya. Sementara teman-temannya sudah mulai banyak yang menuju meja guru untuk menyerahkan karangan mereka. Sandra semakin berkeringat mengetahui hal itu.

Dari ilustrasi di atas, pasti sebagian dari kita beranggapan bahwa Sandra adalah gadis yang sangat payah dalam hal mengarang. Perilakunya yang demikian membuat kita mengeluarkan klaim seperti itu. Hal ini sama juga dengan kehidupan kita di dunia riil, yang seringkali mengenal karakter seseorang dari perbuatannya. Demikian juga dalam fiksi, perbuatan seorang tokoh yang kita ciptakan harus kita pahami betul untuk mendapatkan karakter yang kuat pada tokoh tersebut. Namun perlu diingat bahwa ini saja tidak cukup, kita perlu memperhatikan juga motif yang dimiliki tokoh untuk lebih mengenal tokoh secara mendalam.

2.Motif

Bayangkan jika kita berada dalam sebuah rumah yang berantakan, di dalamnya ada seorang ibu yang bekerja sebagai wanita penghibur, dan juga terdapat pria-pria kasar yang keluar masuk rumah dengan menenggak botol-botol minuman keras. Apa yang ada dalam benak Anda? Itulah yang dirasakan oleh tokoh Sandra dalam cerpen pelajaran mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.

Ketika ibu gurunya memberi tugas untuk membuat karangan tentang ibu, Sandra tak kuasa menghadirkan sosok ibunya yang terlalu dalam masuk ke lembah hitam. Ketika semua teman-temannya dengan mudah menggambarkan kehebatan dan kelembutan ibunya masing-masing, Sandra hanya terbayang ibunya yang lebih sibuk mengurus laki-laki kasar daripada mengurus dirinya. Ketika semua temannya mengumpulkan tugasnya di meja guru, Sandra hanya mampu terrpaku di depan kertasnya sambil terus menahan pedih ingatannya tentang seorang ibu.

Dari motif tersebut kita bisa tahu ternyata Sandra bukanlah seorang gadis yang payah dalam hal mengarang. Klaim-klaim yang kita berikan kepadanya perlahan-lahan runtuh setelah kita mengetahui motif di balik itu semua. Dengan mengetahui motif seorang tokoh, kita bisa mengenal lebih baik tentang tokoh tersebut.

3.Masa lalu tokoh

Mengetahui masa lalu seseorang sangat berpengaruh terhadap cara pandang kita terhadap orang tersebut. Sesaat kita bisa merasa sangat khawatir ketika teman di sebelah kita mengatakan bahwa sopir bis yang sedang kita tumpangi dulunya pernah menewaskan lima orang penumpangnya dalam suatu kecelakaan. Rasa aman kita akan terganggu seketika.

4.Selera dan kesukaan

Mengetahui selera dan kesukaan tokoh akan sangat bermanfaat untuk menempatkan tokoh-tokoh yang kita buat pada setting tertentu. Ini sangat bermanfaat untuk pengembangan cerita. Kesukaan tokoh pada traveling akan memberi dia bahan obrolan saat bertemu teman lama di sebuah bus kota. Bercerita tentang berbagai petualangan yang pernah dilakukannya, keindahan alam yang pernah di lihatnya, juga orang-orang unik yang pernah dikenalnya. Hal itu bisa menarik temannya untuk bercerita pula tentang kehidupan pribadinya – dan pengenalan terhadap tokoh-tokoh fiksi kita pun semakin mendalam.

5.Kondisi fisik tokoh

Mengetahui kondisi fisik tokoh fiksi kita sangat bermanfaat untuk menentukan perilaku apa yang bakal dilakukan olehnya. Seorang tokoh yang sedang sakit kronis, tentunya akan lebih akrab dengan suara batuk ketika diajak berbicara. Seorang yang lebih tinggi tubuhnya tentu akan sangat mengganggu tokoh lainnya untuk berbincang-bincang dengan cara berdiri, karena dia harus terus memaksa kepalahnya untuk mendongak ke atas sebagai bentuk pengimbangan lawan bicaranya.

Sumber inspirasi tokoh fiksi:

Tentunya bukan hal yang mudah untuk mengenali tokoh kita dari beberapa aspek di atas. Jika hanya bermodal imajinasi, seringkali kita akan merasa kesulitan untuk mendapatkan kedetilan – atau bahkan tokoh yang kita ciptakan sama sekali tidak selaras dan bertentangan dengan karakter dalam dunia riil. Oleh karena itu, kita perlu menambah refernsi kita untuk memperkuat tokoh tersebut dengan mencari sumber-sumber inspirasi yang bisa kita dapat melalui beberapa hal di bawah ini.

1.Pengalaman pribadi

Betapa beruntungnya jika seseorang memunyai kebiasaaan menulis buku harian. Berbagai hal yang ditulis di dalamnya tentu sangat bermanfaat untuk membentuk tokoh yang kita inginkan. Tentang kekaguman kita terhadap seseorang karena charisma dan pesonanya. Tentang ketidaknyamanan kita terhadap seseorang yang terlalu banyak omong, dan hal-hal lain yang mengungkapkan diri sendiri atau orang lain.

Bagi yang tidak memunyai kebiasaan menulis buku harian, mulailah menebarkan jala dalam kehidupan kita sendiri juga orang-orang yang kita lihat dan kita kenal. Sering-seringlah menjadi tempat sampah bagi curahan hati orang-orang di sekitar kita. Menjadi pendengar yang baik akan mengasah kepekaan kita untuk mengenal manusia dengan lebih baik – untuk mengenal tokoh-tokoh fiksi yang kita buat dengan lebih dalam.

2.Mengamati orang asing

Hendaknya kita meniru seorang sastrawan peraih nobel, Naguib Mahfuz. Tak pernah ia pergi ke mana pun tanpa membawa catatan kecil di tangannya. Ketika ia makan di café, ia tak pernah lewatkan untuk mengamati orang-orang di sekitarnya. Bagaimana cara memegang sendoknya, apa saja makanan yang di pesan, kebiasaannya tidak membuang abu rokoknya sebelum mencapai 3 cm, bagaimana ia membuk mulutnya saat melahap makanan, dsb.

Tentunya kita semua sepakat bahwa cara seperti ini sangat efektif untuk melatih kepekaan dan kemampuan kita untuk membuat deskripsi tentang tokoh kita. Pengamatan secara langsung akan lebih muda untuk membuat deskripsi daripada hanya sebuah imajinasi yang berseliweran tentang perilaku tokoh fiksi kita.

3.Orang yang kita kenal

Menceritakan orang-orang yang kita kenal tentunya akan lebih mudah, karena kita tahu persis bagaimana watak dan tingkah lakunya. Namun jauh lebih baik jangan menggunakan tokoh fiksi kita sama persis dengan orang yang kita kenal. Ciptakanlah orang-orang baru dari orang lama (orang yang kita kenal). Hal ini untuk menghindari berbagai masalah yang terjadi, seperti protes dari orang yang kita kenal karena apa yang kita tuliskan tidak benar-benar sesuai dengan pribadinya yang sesungguhnya.

Tentunya kita masih ingat kasus rotesnya Erwin Prasetya, mantan basist band Dewa lantaran karakternya yamg dimainkan dalam sinetron Dewa di salah satu stasiun televise swasta sangat tidak sesuai dengan karakter aslinya. Erwin menilai karakternya (yang dimainkan oleh orang lain) dalam sinetron tersebut mencemarkan nama baiknya karena dinilai lebih buruk dari karakter aslinya.

4.Diri sendiri

Sumber dari diri sendiri yang dimaksud di sini adalah segala perasaan dan tindakan kita jika kita dihadapkan pada situasi tertentu. Hal ini adalah cara terakhir jika kita tak mampu melakukan observasi untuk membentuk tokoh fiksi kita. Jika kita ingin menghadirkan tokoh seorang pembunuh dan kita tidak mampu untuk melakukan observasi terhadap seoranng pembunuh, kita cukup membayangkan segala emosi dan motif yang dibutuhkan untuk membunuh. Kumpulkan segala pengalaman yang pernah membuat kita naik pitam, dendam, dan ingin membalas dengan perlakuan yang lebih kejam. Kumpulkan provokasi-provokasi yang pernah kita dengar dari orang-orang disekitar kita untuk melakukan tindakan brutal. Biarkan emosi dan motif tersebut menguat, kemudian muntahkan dalam tulisan kita.

Menetapkan tokoh dan karakternya

Setelah mandepatkan karakter dan mengenal dengan baik tokoh fiksi kita, kini saatnya kita menuangkan tokoh yang kita miliki ke dalam rangkaian cerita.

1.Nama

Memberikan nama pada seorang tokoh fiksi layaknya kita memberikan nama kepada seorang bayi. Kadangkala orang tua sudah menyiapkan nama ketika bayi itu masih dalam kandungan, namun ada juga yang baru memberikan nama setelah bayi itu lahir ke dunia.

Beberapa pengarang memunyai kebiasaan tidak memberikan nama kepada tokohnya sebelum karya itu benar-benar rampung. Ada juga yang begitu memikirkan nama sebaik mungkin sebelum atau saat cerita itu ditulis. Apapun pilihan cara kita yang jelas pemberian nama harus menunjukkan karakter tokoh kita.

Tentunya sangat lucu jika tokoh yang berasal dari keluarga Bali memunyai nama Ucok atau Ujang. Atau orang Surabaya yang memunyai nama marga seperti Sihombing atau Lubis. Rasanya sangat aneh jika kita menghadirkan tokoh dari desa yang bernama Steven atau George.

Pemilihan nama yang mudah diingat dan memulai dengan huruf yang berbeda sangat dianjurkan. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan pembaca untuk mengenali tokoh-tokoh yang kita ciptakan. Seringkali pembaca akan sulit membedakan karakter antara tokoh yang bernama Hasan dan Husin dalam satu cerita. Kebanyakan mereka akan membuka halaman sebelumnya yang menjelaskan tentang tokoh tersebut. Atau bahkan mengabaikannya karena mengannggap jati diri tokoh tidak lebih penting dari alur ceritanya. Ini menyebabkan tokoh-tokoh tersebut sangat gampang untuk dilupakan pembaca.

2.Showing dan Telling

Rahasia seorang motivator sekelas Mario Teguh begitu dicintai oleh para penikmat acara-acaranya adalah gaya khas yang dimiliki ketika ia menjawab berbagai pertanyaan dengan sebuah ilustrasi, bukan dengan langsung menjawabnya. Hal ini memberi efek kepada audiens untuk menemukan sendiri kebenaran yang diucapkan Mario Teguh dan menyimpulkannya sendiri.

Segala sesuatu berkat usaha sendiri memang lebih indah daripada hasil pemberian orang lain. Begitu juga dengan pembaca cerita kita. Biarkan mereka menemukan sendiri karakter tokoh-tokoh kita. Biarkan mereka mengenal sendiri tokoh-tokoh yang kita ciptakan. Usahakan seminim mungkin menggunakan metode telling (mengatakan), dan perbanyaklah metode showing (menunjukkan).

Salah satu bentuk metode telling adalah dengan langsung mengatakan karakter tiap tokoh, seperti : “Tokoh A adalah seorang gadis yang sangat cantik, pintar dan hidupnya berkecukupan.” Sedangkan metode showing bisa dilakukan dengan memberikan deskripsi, seperti : “Setiap lelaki yang memandang tokoh A lewat di hadapannya pasti tidak ingin cepat-cepat membuang pandangannya. Kulit putih, tubuh langsing semampai, rambut panjang lembut terurai, wajah yang begitu mungil dihiasi dengan secarik senyum dari bibir tipis dan berujung pada lesung pipit yang kemilau – membuat orang-orang di sekitarnya memberikan nilai sempurna untuk pesona yang dimilikinya.”

Dengan metode showing tersebut biasanya pembaca akan menentukan sendiri wujud tokoh dalam benak mereka. Inilah yang akan memberikan efek tahan lama dalam benak pembaca. Pembaca akan sangat menganal sekali tokoh tokoh yang kita buat. Namun bukan berarti metode telling harus kita abaikan. Pada saat-saat tertentu metode telling juga sangat bermanfaat. Di antaranya untuk menghindari kebosanan pembaca terhadap deskripsi melalui metode showing.

3. Jagalah karakter tokoh Anda

Menjaga karakter tokoh dalam hal ini adalah usaha untuk menjaga kekonsistenan dalam penokohan. Salah satu hal utama yang harus dijaga adalah masalah kedetilan. Jika kita memunyai kebiasaan tidak menuntaskan tulisan dalam satu waktu, kita harus memastikan untuk kembali pada kondisi saat pertama kali menuliskannya – jika ingin melanjutkannya lagi. Pertahankan kedetilan pada tulisan pertama seperti kebiasaan dan selera tokoh, karena biasanya mood melanjutkan sangat berbeda dengan mood pada saat pertama kali menulis. Usahakan kembali pada mood saat pertama menulis ketika ingin melanjutkan cerita. Baca kembali naskah yang ingin kita lanjutkan, cermati lagi kebiasaan-kebiasaan tokoh seperti : tidak suka makanan pedas, selalu bersin saat terkena debu, selalu mengeluarkan komentar ketika menonton tv, dll.



Akhirnya, terlepas dari itu semua, modal utama untuk menciptakan tokoh fiksi yang akan selalu diingat oleh pembaca adalah kepekaan, pendalaman, dan kelugasan. Peka dalam mengamati lingkungan di sekitar kita yang berfungsi sebagai aset referensi bagi tokoh kita. Pendalaman untuk selalu memahami setiap karakter dan peristiwa di sekitar kita. Dan lugas dalam menyampaikan apa yang kita ketahui ke dalam tulisan kita.

Sumber: Asrilna.multiply.com

Thursday, February 14, 2013

Cara Menghilangkan Peringatan Low Disk Space




Peringatan-peringatan windows terkadang sangat mengganggu, walau sebenarnya peringatan itu memberitahukan hal penting kepada kita. Peringatan Low Disk Space salah satunya, peringatan ini muncul ketika kapasitas hardisk sahabat sekalian sudah mulai penuh. Bagi sebagian sahabat disini mungkin terganggu dengan peringatan ini, oleh karena itu disini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghilangkan peringatan Low Disk Space, berikut caranya.

Pertama, buka Start - Run, kemudian ketikan regedit. Enter.

Kedua, setelah masuk Registry Editor, cari HKEY_CURRENT_USER pada kolom sebelah kiri lalu Software - Microsoft - Windows  CurrentVersion - Policies - Explorer.

Ketiga, klik kanan pada menu Explorer lalu pilih New - DWORD Value. Beri nama NoLowDiskSpaceChecks. Klik 2 kali NoLowDiskSpaceChecks yang telah dibuat tadi, lalu isikan angka 1 pada Value data.

Keempat, restart computer sahabat sekalian. Selesai.

Sekian artikel pendek ini. Terimakasih.
Graphicriver
8share

 

© 2013 KiDadik. All rights resevered. Designed by Templateism. Modified by KiDadik

Back To Top